Novel ini BEDA...!!!
Kali
pertama lihat covernya saya langsung tertarik. Ketika saya melihatnya
di toko buku, saya bertanya-tanya, apa ada isi di amplopnya? Atau
amplop itu cuma sekedar tempelan? Kata yang terbesit di pikiran saya
ketika melihat covernya adalah misterius. Diam-diam. Cinta diam-diam,
mungkin. (Setelah saya pegang bukunya, ternyata amplopnya bisa dibuka
dan ada isinya. Keren!)
Lalu
saya lihat cover belakangnya. Desainnya unik. Sinopsisnya ditulis
dengan tulisan tangan, dan bahasanya dalam. Menyedihkan. Kalimat
terakhir dari sinopsisnya, "Sebuah kisah tentang cinta yang nyaris
sempurna, kecuali rasa sakit karena persahabatan itu sendiri" bikin
saya makin penasaran. Setiap ada embel-embel persahabatan pasti saya
suka.
Seperti
novel kebanyakan, novel ini pun memiliki prolog. Dalam prolog, Niki
bertanya pada Nata, "Di antara kita berdua, siapa ya kira-kira yang
bakal jatuh cinta duluan? Kamu atau aku?" dalam hati, saya menjawab,
"Saya." Ya, saya. Saya jatuh cinta duluan sama mereka. Jatuh cinta sama
kisah mereka. Jatuh cinta sama deskripsi sang penulis tentang
keberadaan mereka--di atas trampolin di bawah bintang-bintang. Too fast to love them, but love is real.
Tokoh
utama novel ini adalah Niki, Nata, dan Annalise. Sang penulis pernah
bilang kalau dia sangat suka menentukan karakter. Itu adalah bagian
favoritnya saat menulis novel. Dan saya akui, tokoh-tokohnya memang
keren. Hidup dan lovable. Buktinya, saya tergila-gila sama Annalise.
Sangat jarang saya suka tokoh novel.
Masuk ke
cerita... Niki dan Nata adalah sahabat sejak kecil. Lalu datang
Annalise, yang kemudian menjadi sahabat mereka. Persahabatan mereka
sangat kental. Manis. Saya bisa merasakannya. Jadi pengen ketemu dan
sahabatan sama mereka bertiga. >.< Where can I find them?
Konflik utama dari novel ini adalah sebuah perasaan berbeda. Perasaan yang sebenarnya boleh dimiliki siapa pun. Tapi sangat berbahaya bila dimiliki orang-orang dalam lingkaran persahabatan. Si 'ini' suka 'itu', tapi si 'itu' suka 'dia'.
Mungkin kalian bakal berpikiran ini kisah biasa setelah saya beritahu
clue-nya. Ya, emang ini kisah biasa. Bahkan di sinopsisnya pun sudah
dicantumkan 'Ini bisa jadi sebuah kisah cinta biasa'. Kisah boleh
biasa, tapi rasa harus beda. Dan novel ini 'menurut'. Refrain punya
rasa yang berbeda. Kalau saja novel ini adalah sebuah cokelat, pengen
saya makan saking manisnya. *mendadak lapar*
Hampir
semua orang bilang, penulis adalah tiang sebuah cerita. Ya, iyalah,
tanpa menulis, mana bisa sebuah cerita bisa dilahirkan? Saya jadi ragu
ketika membaca novel ini. Seolah-olah tak ada penulis dari novel ini.
Tokoh-tokohnya menjalani hidup mereka masing-masing. Mencintai orang
yang mereka suka. Melakukan apa yang mereka suka. Pergi ke tempat yang
mereka suka. Tanpa belenggu seorang penulis. Kisah ini jadi seperti
kisah nyata, nggak dibuat-dibuat. *standing applause*
Banyak
adegan favorit saya di novel ini. Tapi yang paling saya suka adalah
ketika Nata dan Niki sedang berada di rumah Annalise. Mereka sedang
membantu Annalise mencari foto-foto untuk diikutkan lomba (di sini
ceritanya, Annalise suka fotografi dan berniat ikut lomba). Saat itu,
Niki melihat kotak sepatu tua, ringan. Saat dibuka, ternyata isinya
foto dan beberapa benda lain. Ditumpahkannya foto-foto itu. DAANNN...
inilah puncaknya. :( Ketika
kamu berusaha memendam perasaanmu, karena tak ingin ada yang tersakiti,
tapi sahabatmu sendiri yang membongkarnya. Menyakitkan. Adegan ini original.
Fantastis. Mampu membuat emosi pembaca ikutan kacau. Deg-degan, malu,
takut. Semua bercampur jadi satu. (jadi pengen baca ulang novelnya!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar